Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 20 Juli 2008

Bagaimana Menuju Sukses Sebuah Usaha yang Dimulai dari Minus?

Mungkin saat ini Anda sedang mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Umumnya usaha kecil diawali modal kecil, usaha besar diawali modal besar. Mungkin saja pendapat itu memang benar, tetapi sesungguhnya adalah “tidak selalu benar”.

Modal usaha yang utama adalah berani melangkah maju (just do it), kerja keras, jujur dan pantang menyerah. Bila satu saja di antaranya tidak Anda lakukan, maka akan sulit mencapai keberhasilan. Beberapa kisah sukses dari orang-orang Indonesia,

seperti Franchise “Tela-Tela” yang dimotori beberapa pemuda dan kini beromzet milyaran rupiah, Ouval Research yang terdiri dari beberapa pemuda yang mengawali usahanya dengan modal Rp.200.000,- saja dan sekarang beromzet milyaran rupiah per bulan, atau Susi Pudjiastuti seorang pebisnis sukses wanita yang mengawali usahanya dengan berjualan ikan hasil laut dan sekarang memiliki 14 pesawat dengan nama “Susi Air”. Tetapi saya ingin berbagi kisah sederhana seorang pemuda yatim bernama Thomas yang sangat miskin dan tidak pernah sekolah, namun kini sudah menjadi seorang pengusaha bengkel motor yang cukup laris, dan semua diawali bukan dari nol, tapi minus. Semoga kisah menuju sukses ini juga menginspirasi Anda.

Sekilas tentang Thomas dari kecil hingga remaja: Thomas lahir di Kota Surabaya. Anak sulung dari 2 bersaudara ini bisa dibilang sangat miskin. Sempat menggelandang bersama keluarganya dan tidak bisa mengenyam bangku sekolah, tidak membuat seorang Thomas menjadi anak yang liar dan patah semangat. Belajar membaca dan berhitung dari orang tua dan setiap orang yang dikenalnya menjadi kebiasaannya mengisi waktu luang. Dia juga tidak mau mengemis seperti sebagian teman-teman senasibnya. Dia lebih memilih jadi kuli di pasar, kemudian mencoba lagi berganti profesi menjadi penjaga toko kecil di pasar. Uang hasil kerja yang dikumpulkannya sebagian digunakan untuk membeli buku, bahkan kamus bahasa Inggris. Thomas sering kali mampir ke toko buku untuk sekedar membaca dan belajar. Ya, ilmu yang didapatkan Thomas banyak dari hasil membaca. Di tengah kerasnya kehidupan anak-anak seusianya, dia bisa memilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukannya. Singkatnya, masa kecil hingga remajanya diisi dengan bermain bersama teman-temannya, belajar sendiri, membaca buku, dan bekerja.

Nah, inilah saatnya sebuah proses perubahan dari seorang Thomas. Masa remaja antara usia 13-18 tahun yang dilewatinya dengan bekerja sebagai pegawai toko untuk mengumpulkan uang, kini mulai menghasilkan sesuatu. Di tengah keadaan keluarganya yang masih tergolong miskin, Thomas bisa membeli sebuah sepeda motor butut. Dan itu sangat luar biasa bagi seorang Thomas dan keluarganya. Dengan motor barunya, Thomas nekat mengajak ibu dan adiknya mengadu nasib ke Kota Malang. Alasan terbesar karena Surabaya terlalu berat untuk mereka.

Di Kota Malang mereka menyewa kamar berukuran kecil di kawasan padat yang biasa disebut Kebalen. Lagi-lagi mereka mengalami kesulitan, karena uang sewa kos hanya cukup untuk membayar sewa selama sebulan dan makan seadanya. Sekali lagi Thomas harus berpikir keras. Bisa Anda bayangkan menanggung beban tiga orang tentu sangat berat. Dalam keadaan terjepit seperti itu, Thomas nekat mencari pekerjaan dari toko ke toko. Dengan perjuangan selama berhari-hari, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga toko di sebuah toko aksesoris motor. Selama berbulan-bulan bekerja, Thomas mulai berkenalan dengan sales suplier aksesoris yang sering datang. Dan itu dimanfaatkan sangat baik untuk membina hubungan dengan mereka.

Sebuah nilai plus yang dipelajari dan dimiliki Thomas. Satu tahun lebih Thomas bekerja sebagai pegawai toko plus belajar berbagai hal yg berhubungan jual-beli, membina hubungan dengan sales supplier aksesoris, dia nekat keluar dari pekrjaannya. Ini adalah sebuah keputusan yang berat dan memerlukan keberanian, karena bekerja sebagai pegawai toko adalah satu-satunya sumber penghasilan.

Keluar dari toko aksesoris, Thomas segera menawarkan diri membantu memasarkan beberapa produk seperti ban dalam, busi motor, dan lainnya dengan pembagian komisi sesuai kesepakatan dengan sales suplier aksesoris. Lagi-lagi Thomas harus memulai langkah yang lebih maju dan memulainya dari nol. Kerja keras dan kejujuran yang selama ini dipegang teguh oleh Thomas juga membuahkan hasil. Sales suplier yang salut dengan kegigihan Thomas membuka jalannya kepada seorang suplier besar di Surabaya. Apakah Anda tidak merasa aneh? Seharusnya sales itu tidak akan membiarkan Thomas yang berpotensi merebut pasarnya. Tetapi buah dari kerja keras serta kejujuran selalu menghasilkan dampak yang positif. Thomas berhasil selangkah lebih maju lagi. Yang luar biasa lagi Thomas mendapatkan keistimewaan dari seorang suplier karena kejujuran dan ketekunannya, yaitu sebuah motor baru yang boleh dikredit dengan bantuan sang suplier. Sepeda motor itu adalah satu-satunya yang membantu pekerjaannya. Sekarang Thomas lebih memfokuskan pemasaran busi. Ya, khusus busi. Semakin lama pelanggannya semakin banyak.

Dari hasil kerja kerasnya Thomas memiliki seorang sales yang menggantikannya keliling keluar kota, mengontrak sebuah rumah layak huni, mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan menikah dan memiliki anak yang sudah beranjak sekolah. Bahkan merambah ke bidang usaha bengkel kecil-kecilan yang lumayan laris. Dan sekarang Thomas sedang membuat target ke depan yang lebih besar. Ingat,sobat! Berani melangkah, kerja keras, jujur dan pantang menyerah telah merubah seorang Thomas yang buta huruf, sangat miskin menjadi seorang usahawan yang dari hari ke hari semakin baik, dan kini beliau sedang melangkah menuju kesuksesan. Bagaimana dengan Anda?

Previous
Next Post »

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.